Jumat, 17 April 2009

Jalan Sunyi Emha


Santri tanpa sarung; haji tanpa peci; kiai tanpa sorban; dai tanpa mimbar; mursyid tanpa tarekat; sarjana tanpa wisuda; guru tanpa sekolahan; aktivis tanpa LSM; pendemo tanpa spanduk; politisi tanpa partai; wakil rakyat tanpa dewan; pemberontak tanpa senjata; ksatria tanpa kuda; saudara tanpa hubungan darah…” Mustofa Bisri berpendapat demikian untuk menggambarkan sosok Emha.

23 Maret 2005, Kota London merinding oleh alunan mistik Kyai Kanjeng. Salah satu rangkaian acara dari pagelaran The Muslim News Award of islamic Excellence 2005. Emha Ainun Nadjib, dengan Kiai Kanjeng memperdengarkan sajian khas mereka yang penuh hasrat dan mistisme.

Hasilnya? Sambutan dengan hormat oleh Gordon Brown semasa menjabat menteri Keuangan Inggris alias “Chancellor”.

Ian L.Betts dalam bukunya “Jalan Sunyi Emha” menceritakan dengan detil acara tersebut. Salah satu kutipannya tentang sambutan orang nomor satu Inggris saat ini adalah:

Sang Chancellor berujar:, keragaman nuansa dan kohesi pluralisme global yang dicerminkan oleh pola aransemen dan bunyi musik Kiai Kanjeng dengan tepat menggambarkan ideal yang kita perjuangkan dan yang harus kita capai di dunia hari ini dan hari esok. Lanjutnya: “Islam, memuat asas-asas ajaran dan pengetahuan yang mengilhami pengembangan humanitas di muka bumi untuk masa depan.”

Benarkah? Seriuskah Beliau? Ian berpendapat dalam paragraf lain yang menyatakan bahwa itu adalah sekadar penyesuaian diri pada konteks sebuah forum Islam. Chancellor sedang berperan sebagai tuan rumah yang baik. Kepemimpinan di Inggris Raya berjalan mulus apa adanya. Apakah yang dapat dilakukan oleh Indonesia dengan Pemimpin baru ini. Marty Natalegawa mencoba bermain dengan Diplomasi Dasi. Lulusan London School of Economics dan Corpus Christi College University of Cambridge satu ini senang mencoba berpakaian dengan dasi asal sekolahnya apabila bertemu dengan pejabat Inggris yang kebetulan sealmamater dengan dia (silahkan baca tabloid TEMPO Edisi 25 Juni 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar